Emas terdapat pada deret paling kanan dalam deret Volta. Jadi dapat disimpulkan bahwa emas (Aurum) hampir sangat tidak reaktif. Unsur ini jarang bereaksi dengan oksigen untuk membentuk karat..
Nilai potensial reduksi sangat rendah jika dibandingkan dengan air dan oksigen sehingga hampir tidak dapat terkorosi. Berbeda dengan besi (Ferrum) yang posisi potensial reduksinya berada di sebelah Air sehingga bila bersentuhan dengan air (atau kelembaban udara tinggi), sehingga sangat mudah terkorosi (berkarat).
Sebenarnya Emas dapat berkarat, tapi dengan kadar yang sangat rendah, dan diperlukan waktu yang sangat lama.
Sebagai contoh, logam besi (Fe) dengan potensial elektrode sebesar -0,44 lebih mudah terkorosi dibandingkan dengan logam emas yang memiliki potensial elektrode standar Eo sebesar +1,50.
Kenapa Aluminium
lebih awet dan tidak berkarat???
Aluminium diambil
dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan
alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan.
Sumber unsur ini tidak terdapat bebas, bijih utamanya adalah bauksit. Aluminium
murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan
penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung
kekasaran permukaannya. Kekuatan tarik Aluminium murni adalah 90 MPa, sedangkan
aluminium paduan memiliki kekuatan tarik berkisar hingga 600 MPa.
Aluminium
terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Sebenarnya, aluminium
berkarat dengan cepat membentuk aluminium oksida (Al2O3). Hal ini disebabkan
oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida
(Al2O3) di permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara
bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh.
Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan dengan logam yang
bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium.
Pada kondisi
netral atau basa, ion Fe2+ dan OH- selanjutnya membentuk
endapan Fe(OH)2. Di udara, Fe(OH)2 tidak stabil dan
membenrtuk Fe2O3 xH2O. Inilah yang disebut
karat. Pada kondisi asam, banyaknya ion H+ memicu terjadinya reaksi
reduksi lainnya yang juga berlangsung, yakni evolusi atau pembentukan hidrogen
menurut persamaan reaksi: 2H+(aq) + 2e- → H2(g).
Adanya 2 reaksi di katode pada kondisi asam menyebabkan lebih banyak logam besi
yang teroksidasi. Hal ini menjelaskan mengapa korosi paku besi pada kondisi
asam lebih besar daripada korosi dalam air.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Korosi
Korosi
pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara lain:
1.
Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi
pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi
yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi
apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi
tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak
merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik
antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam
air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat
berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2
dan H2O yang mengalami kontak denan permukaan logam, maka semakin
cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut. Perhatikan animasi.
berikut: animasi korosi besi
2.
Keberadaan Zat Pengotor
Zat
Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi
tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh,
adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam
mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan
demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
pengotor yang mempercepat korosi pada
permukaan logam
(sumber: http://rumahcor.com)
3.
Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan
elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan
menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang
besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
bangkai kapal di dasar laut yang telah
terkorosi oleh kandungan garam yang tinggi
(sumber:
http://www.diveholidayisle.com)
4.
Temperatur
Temperatur
mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum,
semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik
partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek
korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada
perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas
akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara
langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
knalpot kendaraan bermotor yang mudah
terkorosi akibat temperatur tinggi
(sumber:
http://202.43.165.157/gramedia/otomotif/otoweb/index.php?)
5.
pH
Peristiwa
korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e-
→ H2
Adanya
reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
korosi pada kondisi asam lebih cepat
terjadi logam
besi yang belum terkorosi pada kondisi netral
(sumber: http://www.cosmoeng.co.jp)
6.
Metalurgi
• Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan
menimbulkan beda potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang
terkorosi.
permukaan logam yang kasar cenderung
mengalami korosi
(sumber: http://www.flickr.com)
• Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah
mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam
tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling ,
yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E°
antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam
dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui
peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.
7.
Mikroba
Adanya
koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada
logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam
melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya.
Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi
mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus
thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
korosi pada permukaan logam yang
disebabkan oleh mikroba
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Korosi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu logam dapat
terkorosi dan kecepatan laju korosi suatu logam. Sua logam yang sama belum
tentu mengalami kasus korosi yang sama pula pada lingkungan yang berbeda.
Begitu juga dua logam pada kondisi lingkungan yang sama tetapi jenis materialnya
berbeda, belum tentu mengalami korosi yanga sama. Dari hal tersebut, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi korosi suatu logam,
yaitu faktor metalurgi dan faktor lingkungan.
1. Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi. Sebagai contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b. Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yagn berbeda-beda pada tiap daerahnya.
c. Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu tejadinya korosi retak tegang.
d. Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.
2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan korosi. Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
1. Faktor Metalurgi
Faktor metalurgi adalah pada material itu sendiri. Apakah suatu logam dapat tahan terhadap korosi, berapa kecepatan korosi yang dapat terjadi pada suatu kondisi, jenis korosi apa yang paling mudah terjadi, dan lingkungan apa yang dapat menyebabkan terkorosi, ditentukan dari faktor metalurgi tersebut.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi antara lain :
a. Jenis logam dan paduannya
Pada lingkungan tertentu, suatu logam dapat tahan tehadap korosi. Sebagai contoh, aluminium dapat membentuk lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa, sedangkan Fe, Zn, dan beberapa logam lainnya dapat dengan mudah terkorosi.
b. Morfologi dan homogenitas
Bila suatu paduan memiliki elemen paduan yang tidak homogen, maka paduan tersebut akan memiliki karakteristik ketahanan korosi yagn berbeda-beda pada tiap daerahnya.
c. Perlakuan panas
Logam yang di-heat treatment akan mengalami perubahan struktur kristal atau perubahan fasa. Sebagai contoh perlakuan panas pada temperatur 500-800 0C terhadap baja tahan karat akan menyebabkan terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi intergranular pada baja tersebut. Selain itu, beberapa proses heat treatment menghasilkan tegangan sisa. Bila tegangan sisa tesebut tidak dihilangkan, maka dapat memicu tejadinya korosi retak tegang.
d. Sifat mampu fabrikasi dan pemesinan
Merupakan suatu kemampuan material untuk menghasilkan sifat yang baik setelah proses fabrikasi dan pemesinan. Bila suatu logam setelah fabrikasi memiliki tegangan sisa atau endapan inklusi maka memudahkan terjadinya retak.
2. Faktor Lingkungan
Faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi korosi antara lain:
a. Komposisi kimia
Ion-ion tertentu yang terlarut di dalam lingkungan dapat mengakibakan jenis korosi yang berbeda-beda. Misalkan antara air laut dan air tanah memiliki sifat korosif yang berbeda dimana air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif mengakibatkan korosi. Gambar berikut menunjukkan pengaruh komposisi elemen paduan terhadap ketahan korosi terhadap paduan tembaga.
b. Konsentrasi
Konsentrasi dari elektrolit atau kandungan oksigen akan mempengaruhi kecepatan korosi yang terjadi. Pengaruh konsentrasi elektrolit terlihat pada laju korosi yang berbeda dari besi yang tercelup dalam H2SO4 encer atau pekat, dimana pada larutan encer, Fe akan mudah larut dibandingkan dalam H2SO4 pekat. Pengaruh konsentrasi terhadap laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut.
Suatu logam yang berada pada
lingkungan dengan kandungan O2 yang berbeda akan terbagi menjadi dua bagian
yaitu katodik dan anodik. Daerah anodik terbentuk pada media dengan konsentrasi
O2 yang rendah dan katodik terbentuk pada media dengan konsentrasi O2 yang
tinggi.
c. Temperatur
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe. Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.
Pada lingkungan temperatur tinggi, laju korosi yang terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan temperatur rendah, karena pada temperatur tinggi kinetika reaksi kimia akan meningkat.
Gambar berikut menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju korosi pada Fe. Semakin tinggi temperatur, maka laju korosi akan semakin meningkat, namun menurunkan kelarutan oksigen. Sehingga pada suatu sistem terbuka, diatas suhu 800C, laju korosi akan mengalami penurunan karena oksigen akan keluar sedangkan pada suatu sistem tertutup, laju korosi akan terus menigkat karena adanya oksigen yang terlarut.
d. Gas, cair atau padat
Kandungan kimia di medium cair, gas atau padat berbeda-beda. Misalkan pada gas, bila lingkungan mengandung gas asam, maka korosi akan mudah terjadi (contohnya pada pabrik pupuk). Kecepatan dan penanganan korosi ketiga medium tersebut juga dapat berbeda-beda. Untuk korosi di udara, proteksi katodik tidak dapat dilakukan, sedangkan pada medium cair dan padat memungkinkan untuk dilakukan proteksi katodik.
e. Kondisi biologis
Mikroorganisme sepert bakteri dan jamur dapat menyebabkan terjadinya korosi mikrobial terutama sekali pada material yang terletak di tanah. Keberadaan mikroorganisme sangat mempengaruhi konsentrasi oksigen yang mempengaruhi kecepatan korosi pada suatu material.
Faktor-faktor metalurgi dan lingkungan harus dievaluasi secara integral. Dalam suatu industri, sering diterapkan beberapa jenis logam dalam suatu kondisi lingkungan, atau sebaliknya satu jenis logam berada dalam beberapa jenis kondisi lingkungan. Kondisi yang paling rumit adalah beberapa jenis logam berada pada beberapa jenis lingkungan.
Proteksi katodik ini merupakan metode yang umum digunakan untuk melindungi struktur logam dari korosi. Sistem proteksi katodik ini biasanya digunakan untuk melindungi baja, jalur pipa, tangki, tiang pancang, kapal, anjungan lepas pantai dan casing (selubung) sumur minyak di darat.
Efek samping dari penggunaan yang tidak tepat adalah timbulnya molekul hidrogen yang dapat terserap ke dalam logam sehingga menyebabkan hydrogen embrittlement (kegetasan hidrogen).
Proteksi katodik adalah cara yang effektif dalam mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi).
Korosi atau yang biasa kita kenal dengan sebutan ‘karat’
adalah masalah yang biasa ditemui pada barang-barang di sekitar kita yang
terbuat dari besi. Karat yang muncul bisa terjadi pada besi yang tidak
terlapisi oleh lapisan pelindung karat untuk besi. Contoh besi yang paling
sering kita lihat di sekitar kita adalah pada pagar rumah. Banyak hal-hal yang
menyebabkan pagar-pagar dapat menjadi karat, seperti air yang biasanya berasal
dari hujan, bahkan udara bebas di sekitar kita juga membuat besi pagar kita
menjadi berkarat.
Sebenarnya
sudah ada cara untuk melapisi pagar kita untuk menjadi tidak karat, salah satu
yang paling umum kita jumpai adalah dengan menggunakan cat. Pilihan pada cat
untuk melapisi pagar banyak dilakukan oleh orang-orang adalah karena bahan yang
mudah ditemui dan banyak pilihan warna sebagai pemerindah pagar. Namun, jika kita
melihat pengaruhnya untuk melindungi korosi, banyak kekurangannya, salah
satunya adalah jangka waktu penggunaannya. Dengan menggunakan cat, seiring
dengan berjalannya waktu, cat dapat terkelupas dan menyebabkan karat akan
terjadi lagi pada besi. Waktunya juga rata-rata hanya dalam hitungan bulanan.
Terkelupasnya lapisan juga akan menyebabkan pemandangan juga menjadi kurang
enak dilihat. Sehingga diperlukan perawatan rutin untuk mengecat kembali, dan
tentunya akan memakan biaya dan waktu untuk hal ini.
Ada solusi
yang sangat menjanjikan untuk menyelesaikan masalah karat pada besi ini.
Pelapisan permukaan besi yang mampu bertahan jauh lebih lama dibanding cat.
Yaitu aplikasi dari Teknologi Fotokatalisis. Dari kata
pembentuknya yaitu Foto dan Katalis dapat disebut bahwa
fotokatalisis adalah proses kerja katalis yang dapat bekerja dengan bantuan
cahaya. Cahaya yang digunakan adalah sumber spektrum dari cahaya matahari,
seperti cahaya tampak, UV, dan sebagainya. Teknologi fotokatalisis sebenarnya
cukup baru di Indonesia, namun perkembangannya di dunia sudah sangat baik.
Teknologi Fotokatalisis dapat diaplikasikan untuk anti karat pada besi ini
dengan membuat larutan katalis. Katalis adalah senyawa yang mampu membantu
suatu senyawa, atau bahan untuk berreaksi dengan senyawa lain ataupun
lingkungan dengan lebih baik. Sebagai informasi, ada keunggulan-keunggulan yang
ditawarkan oleh Teknologi Fotokatalisis, diantaranya adalah swa-bersih, yaitu
materi yang menggunakan fotokatalisis akan dapat membersihkan dirinya sendiri,
kemudian swa-steril, purifikasi udara, perangkap nyamuk, dan penjernihan air.
Ternyata,
aplikasi Teknologi fotokatalisis ini juga dapat menjadi lapisan anti karat
(anti-corrosion). Cara kerjanya untuk membuat lapisan anti karat ini adalah
dengan membuat larutan dari katalis. Katalis yang biasa digunakan dalam
teknologi fotokatalis ini adalah TiO2 (Titanium Dioksida). Pemilihan
bahan ini ada beberapa alasan, diantaranya adalah biayanya yang murah, cukup
mudah dicari, dan ramah lingkungan. Cara membuat larutannya adalah dengan
mencampurkan TiO2 berbentuk serbuk putih dengan air, setelah melalui
beberapa proses di laboratorium, akan menjadi larutan yang juga berwarna putih
susu akan melapisi besi nantinya. Larutan TiO2 terlihat seperti
gambar berikut :
gambar larutan TiO2
Cara
pelapisan dapat dengan mengoleskan besi seperti dengan cat, lalu
mengeringkannya dengan suhu tinggi agar katalis dapat menempel ke besi.
Hasilnya pun cukup memuaskan. Dengan lapisan katalis dibandingkan dengan besi
yang tidak dilapisi, besi tidak mengalami karat, sedangkan besi yang tidak
dilapisi menjadi berkarat setelah dua hari.
Gambar besi perbandingan :
gambar besi yang dilapisi TiO2
gambar besi yang tidak dilapisi TiO2
Dengan menggunakan Teknologi
Fotokatalisis, menculnya lapisan anti karat ini, juga tentu ada peluang diikuti
dengan keunggulan Teknologi Fotokatalisis yang lainnya seperti swabersih,
swa-steril, purifikasi udara, dan sebagainya tersebut. Mengenai warna katalis
yang putih, kemajuan teknologi juga sudah menunjukkan bahwa katalis yang
digunakan tidak hanya berbatas pada warna putih saja ke depannya, melainkan
sudah ada perkembangan untuk pembuatan katalis TiO2 bermacam warna.
Sehingga aplikasi teknologi fotokatalisis untuk anti korosi pada pagar ini
menjadi peluang yang sangat bagus untuk dilakukan hingga skala rumah tangga.
KOMPAS.com - Pagar besi merupakan elemen paling sering terserang
karat, lantaran letaknya di luar rumah. Agar terhindar dari kerusakan lebih
parah, ada baiknya jangan menunda melakukan perawatannya, apalagi Anda bersiap
menyambut hari raya Idul Fitri nanti.Karat adalah penyebab utama kerusakan pada pagar besi. Oleh karena itu, pagar besi biasanya dicat agar karat tak mudah tumbuh.
Karat pada pagar besi tumbuh akibat reaksi oksidasi. Tiga elemen yang memungkinkan terjadinya reaksi itu adalah air, oksigen, dan garam terlarut. Reaksi oksidasi dari pertemuan ketiga bahan ini pada medium besi itulah penyebab timbulnya karat.
Untuk mencegah besi pagar berkarat, harus dilakukan pemutusan hubungan besi dari ketiga bahan itu. Salah satu jalan praktisnya adalah memberi lapisan cat antikarat pada besi atau logam.
Perlu diingat, bahwa tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh karat ada bermacam-macam, mulai stadium awal hingga ke tingkat yang dapat menghilangkan bahan besi itu sendiri. Kondisi besi dengan tingkat kerusakan awal masih bisa diperbaiki. Namun, jika sudah pada tingkat hilangnya bahan besi, otomatis harus dilakukan penggantian.
Namun, daripada harus mengganti keseluruhan atau sebagian besi pagar, cara terbaik adalah mencegah timbulnya karat. Untuk ini, biasanya orang mengecat seluruh permukaan besi pagar. Prosesnya pun harus tepat, sehingga fungsi pengecatan maksimal. Simak langkah-langkahnya berikut ini:
- Sikat bagian logam (besi) berkarat, lalu ampelas hingga bagian tersebut benar-benar bersih. Bila pada permukaan besi masih terdapat kotoran debu dan minyak, bersihkan dengan kain lap kering.
- Aplikasikan cat besi yang mengandung antikarat. Dengan demikian, selain sebagai lapisan cat primer, penggunaan cat sekaligus juga menjadi top coat atau cat finishing yang diformulasikan khusus dalam satu kemasan.
- Praktis. Selain cat itu tahan cuaca, banyak pilihan warna dekoratif. Jika pengaplikasian tidak memakai cat tersebut, Anda dapat menggunakan cat dasar (cat meni) terlebih dahulu. Tunggulah sampai satu hari, setelah itu baru aplikasikan cat finish.
Sekarang, giliran Anda menyulap pagar besi di rumah mengkilat dan bertahan lama!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar